Pages

Labels

Selasa, 29 Agustus 2017

PERDEBATAN PARADIGMA DALAM PENELITIAN KOMUNIKASI KUALITATIF


A.       Para Ilmuwan dan Paradigmanya
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada materi sebelumnya, paradigma adalah pandangan dunia (worldview), sebuah cara berfikir tentang suatu hal dan memahami kompleksitas dunia nyata (Patton, 2002). Paradigma menjadi salah satu hal yang paling penting dalam rancangan penelitian karena akan menentukan kecenderungan pendekatan, apakah pendekatan kuantitatif, pendekatan kualitatif ataukah pendekatan campuran (mix method). Alasan inilah yang menjadikan paradigma sebagai prinsip yang dipegang kukuh oleh peneliti. Para ilmuwan telah membagi paradigma secara berbeda berdasarkan pengalaman keilmuwan masing-masing. Creswell memetakan empat paradigma yang lazim disebutnya sebagai pandangan dunia, yakni post-positivisme, konstruktivisme, advokasi/partisipatoris, dan pragmatis. 



Atas dasar pemetaan tersebut, Creswell merangkum paradigma (yang disebutnya pandangan dunia) berdasarkan kecenderungan-kecenderungan pendekatan dalam penelitian. Kecenderungan-kecenderungan yang dimaksud Creswell ini salah satunya berasal dari asumsi filosofis masing-masing peneliti selama proses penelitian.



  
B.       Paradigma dan Pertanyaan Ontologis, Epistemologis dan Metodologis
Pandangan yang sedikit berbeda diungkapkan Denzin dan Lincoln (2009, hal. 132) yang membagi paradigma menjadi empat kelompok dengan mengajukan tiga pertanyaan, yakni pertanyaan ontologis, pertanyaan epistemologis, dan pertanyaan metodologis. Keempat paradigma tersebut, di antaranya positivisme, post-positivisme, teori kritis, dan konstruktivisme.

1.        Pertanyaan ontologis (substansi realitas) merupakan ranah yang menekankan pada “apakah bentuk dan sifat realitas dan, oleh karena itu, apa saja yang ada di sana dapat diketahui?” Jika diasumsikan pada sebuah dunia “nyata”, sesuatu yang dapat diketahui tentang hal tersebut misalnya “bagaimana keadaan segala sesuatu di dunia nyata itu sesungguhnya” dan “bagaimana sesungguhnya dunia “nyata” ini berjalan”.
2.        Pertanyaan epistemologis (bagaimana kita mengenali pengetahuan kita) mengajukan “apakah sifat hubungan yang terjalin antara yang mengetahui atau calon yang mengetahui dengan sesuatu yang dapat diketahui?” Jadi, jika diasumsikan sebagai suatu realitas yang “nyata”, sikap yang mengetahui haruslah berupa sikap keterpisahan objektif atau bebas-nilai agar mampu menemukan “bagaimana keadaan segala sesuatu itu yang sesungguhnya” dan “bagaimana cara kerja segala sesuatu itu sesungguhnya”.
3.        Pertanyaan metodologis (proses penelitian) mengajukan permasalahan “apa saja cara yang ditempuh peneliti (calon yang akan mengetahui) untuk menemukan apa saja yang peneliti percaya dapat diketahui?” Pada tahapan ini, jawaban harus mempertimbangkan aspek ontologis dan epistemologis, intinya tidak menerapkan metodologi yang sembarangan.

Beberapa ilmuwan memiliki pemikiran tersendiri dalam menggolongkan paradigma, di antaranya Michael Crotty. Crotty (1998) menawarkan paradigma post-modernisme, feminism, kritis, interpretativisme, konstruktivisme dan positivisme. Peneliti yang memiliki kecenderungan paradigma interpetativisme meyakini bahwa pengalaman manusia sangat berbeda dari dunia alami. Paradigma interpetativisme meliputi berbagai orientasi, dengan setiap akar sejarahnya masing-masing. Secara umum, tindakan manusia berdiri secara terpisah dari keseluruhan fisik dan biologis karena merefleksikan kapasitas sebagaimana sejatinya seorang manusia. Sementara paradigma kritis bukanlah sekedar pemaparan kesimpulan data yang utuh, melainkan keseluruhan data yang terlihat maupun yang tidak terlihat dari bias ideologi dan implikasinya dalam menginvestigasi relasi kekuasaan.

C.       Tujuan Penelitian
Locke (2007) menjabarkan, tujuan penelitian memberikan penjelasan mengenai pertanyaan mendasar “Mengapa peneliti ingin melakukan penelitian dana apa yang ingin dicapai”. Secara umum, tujuan penelitian mengindikasikan maksud penelitian. Dalam penelitian pendekatan kualitatif, tujuan penelitian mencakup informasi tentang fenomena utama yang dieksplorasi dalam penelitian, partisipan penelitian, lokasi penelitian, dan juga bisa menyatakan rancangan penelitian yang dipilih. Intinya, tujuan penelitian harus melingkupi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut ini:




Setiap strategi penelitian memiliki dasar tujuan tersendiri selama penelitian. Berikut ini redesign konsep dari tujuan dari berbagai strategi penelitian dengan pendekatan kualitatif.




Untuk lebih jelas, saya melampirkan contoh tujuan penelitian dari paper Sunarto (2014) yang meneliti fenomena “Pengalaman Professional Pekerja Wanita dalam Industri Media di Jawa Tengah”. Dari penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai yakni untuk menggambarkan esensi pengalaman profesional pekerja wanita dalam industri media lokal di Jawa Tengah. Selain itu, juga menjelaskan latar belakang ideologi dominan di balik pengalaman pekerja wanita tersebut.







D.       Merumuskan Latar Belakang Penelitian
Latar belakang penelitian yang ideal mampu menjelaskan beberapa hal, di antaranya : 1) Asumsi awal peneliti terhadap suatu fenomena yang akan diteliti 2) Das sein dan das sollen dari fenomena yang melatari penelitian ini dilakukan, 3) Paparan hasil penelitian sebelumnya terkait fenomena yang akan diteliti, 4) Alasan-alasan yang mendasari mengapa melakukan penelitian ini, 5) Teori yang akan diterapkan dalam penelitian ini, 6) Strategi penelitian yang akan diterapkan dalam penelitian ini. Di bawah ini merupakan contoh dari latar belakang tesis Irmayanti (2012) yang mengeksplor manajemen wajah kandidat politik dalam panggung debat politik. Tesis ini berjudul “Manajemen Wajah Kandidat Politik (Conversation Analysis Foke-Nara dan Jokowi-Ahok dalam Debat Kandidat Pilkada DKI Jakarta 2012, Jakarta Memilih  “The Final Round” live di Metro TV)”. (Materi selengkapnya pada pertemuan minggu ke 3, Rabu, 30 Agustus 2017)





References :

Creswell, John. 2010. Research Design : Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. London : SAGE Publication

Crotty, M. 1998. The Foundation of Social Research: Meaning and Perspection in the Research Process. Thousand Oaks, CA : SAGE Publications.

Denzin, Norman Lincoln, Yvonna. 2009. Handbook of Qualitatif Research (Eds). London : SAGE Publication

Hennink, Monique, Hutter, Inge & Bailey, Ajay. 2011. Qualitative Research Methods. London : SAGE Publication

Lawrence, Newman. 2011. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative ApproachesEd. 7. Boston: Allyn & Bacon.


Sunarto. (2014). ESENSI PENGALAMAN PROFESIONAL. Indonesia Media Research Awards & Summit (IMRAS) (pp. 245-258). Jakarta Pusat: Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat.

0 komentar:

Posting Komentar

 

WARNING!!!

PLEASE DON'T DO PLAGIARISM CAUSE IT'S NO INDONESIAN!!!