A.
Para Ilmuwan dan Paradigmanya
Sebagaimana yang telah dijelaskan
pada materi sebelumnya, paradigma adalah pandangan dunia (worldview), sebuah cara berfikir tentang suatu hal dan memahami kompleksitas
dunia nyata (Patton, 2002). Paradigma menjadi salah satu hal yang paling
penting dalam rancangan penelitian karena akan menentukan kecenderungan
pendekatan, apakah pendekatan kuantitatif, pendekatan kualitatif ataukah
pendekatan campuran (mix method). Alasan
inilah yang menjadikan paradigma sebagai prinsip yang dipegang kukuh oleh
peneliti. Para ilmuwan telah membagi paradigma secara berbeda berdasarkan
pengalaman keilmuwan masing-masing. Creswell memetakan empat paradigma yang
lazim disebutnya sebagai pandangan dunia, yakni post-positivisme,
konstruktivisme, advokasi/partisipatoris, dan pragmatis.
Atas dasar
pemetaan tersebut, Creswell merangkum paradigma (yang disebutnya pandangan
dunia) berdasarkan kecenderungan-kecenderungan pendekatan dalam penelitian. Kecenderungan-kecenderungan
yang dimaksud Creswell ini salah satunya berasal dari asumsi filosofis
masing-masing peneliti selama proses penelitian.
B.
Paradigma dan Pertanyaan Ontologis, Epistemologis dan
Metodologis
Pandangan
yang sedikit berbeda diungkapkan Denzin dan Lincoln (2009, hal. 132) yang
membagi paradigma menjadi empat kelompok dengan mengajukan tiga pertanyaan,
yakni pertanyaan ontologis, pertanyaan epistemologis, dan pertanyaan
metodologis. Keempat paradigma tersebut, di antaranya positivisme, post-positivisme,
teori kritis, dan konstruktivisme.
1.
Pertanyaan ontologis (substansi realitas) merupakan
ranah yang menekankan pada “apakah bentuk dan sifat realitas dan, oleh karena
itu, apa saja yang ada di sana dapat diketahui?” Jika diasumsikan pada sebuah
dunia “nyata”, sesuatu yang dapat diketahui tentang hal tersebut misalnya
“bagaimana keadaan segala sesuatu di dunia nyata itu sesungguhnya” dan
“bagaimana sesungguhnya dunia “nyata” ini berjalan”.
2.
Pertanyaan epistemologis (bagaimana kita mengenali
pengetahuan kita) mengajukan “apakah sifat hubungan yang terjalin antara yang mengetahui
atau calon yang mengetahui dengan sesuatu yang dapat diketahui?” Jadi, jika
diasumsikan sebagai suatu realitas yang “nyata”, sikap yang mengetahui haruslah
berupa sikap keterpisahan objektif atau bebas-nilai agar mampu menemukan
“bagaimana keadaan segala sesuatu itu yang sesungguhnya” dan “bagaimana cara
kerja segala sesuatu itu sesungguhnya”.
3.
Pertanyaan metodologis (proses penelitian) mengajukan
permasalahan “apa saja cara yang ditempuh peneliti (calon yang akan mengetahui)
untuk menemukan apa saja yang peneliti percaya dapat diketahui?” Pada tahapan
ini, jawaban harus mempertimbangkan aspek ontologis dan epistemologis, intinya
tidak menerapkan metodologi yang sembarangan.
Beberapa
ilmuwan memiliki pemikiran tersendiri dalam menggolongkan paradigma, di
antaranya Michael Crotty. Crotty (1998) menawarkan paradigma post-modernisme, feminism,
kritis, interpretativisme, konstruktivisme dan positivisme. Peneliti yang
memiliki kecenderungan paradigma interpetativisme meyakini bahwa pengalaman
manusia sangat berbeda dari dunia alami. Paradigma interpetativisme meliputi
berbagai orientasi, dengan setiap akar sejarahnya masing-masing. Secara umum, tindakan
manusia berdiri secara terpisah dari keseluruhan fisik dan biologis karena
merefleksikan kapasitas sebagaimana sejatinya seorang manusia. Sementara
paradigma kritis bukanlah sekedar pemaparan kesimpulan data yang utuh,
melainkan keseluruhan data yang terlihat maupun yang tidak terlihat dari bias ideologi
dan implikasinya dalam menginvestigasi relasi kekuasaan.
C. Tujuan
Penelitian
Locke (2007)
menjabarkan, tujuan penelitian memberikan penjelasan mengenai pertanyaan
mendasar “Mengapa peneliti ingin melakukan penelitian dana apa yang ingin
dicapai”. Secara umum, tujuan penelitian mengindikasikan maksud penelitian.
Dalam penelitian pendekatan kualitatif, tujuan penelitian mencakup informasi
tentang fenomena utama yang dieksplorasi dalam penelitian, partisipan
penelitian, lokasi penelitian, dan juga bisa menyatakan rancangan penelitian
yang dipilih. Intinya, tujuan penelitian harus melingkupi jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
Setiap
strategi penelitian memiliki dasar tujuan tersendiri selama penelitian. Berikut
ini redesign konsep dari tujuan dari
berbagai strategi penelitian dengan pendekatan kualitatif.
Untuk lebih
jelas, saya melampirkan contoh tujuan penelitian dari paper Sunarto (2014) yang
meneliti fenomena “Pengalaman
Professional Pekerja Wanita dalam Industri Media di Jawa Tengah”. Dari
penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai yakni untuk menggambarkan esensi pengalaman profesional pekerja wanita dalam industri
media lokal di Jawa Tengah. Selain itu, juga menjelaskan latar belakang
ideologi dominan di balik pengalaman pekerja wanita tersebut.
D. Merumuskan
Latar Belakang Penelitian
Latar
belakang penelitian yang ideal mampu menjelaskan beberapa hal, di antaranya :
1) Asumsi awal peneliti terhadap suatu fenomena yang akan diteliti 2) Das sein dan das sollen dari fenomena yang melatari penelitian ini dilakukan, 3)
Paparan hasil penelitian sebelumnya terkait fenomena yang akan diteliti, 4) Alasan-alasan
yang mendasari mengapa melakukan penelitian ini, 5) Teori yang akan diterapkan
dalam penelitian ini, 6) Strategi penelitian yang akan diterapkan dalam
penelitian ini. Di bawah ini merupakan contoh dari latar belakang tesis
Irmayanti (2012) yang mengeksplor manajemen wajah kandidat politik dalam
panggung debat politik. Tesis ini berjudul “Manajemen Wajah Kandidat Politik (Conversation Analysis Foke-Nara dan
Jokowi-Ahok dalam Debat Kandidat Pilkada DKI Jakarta 2012, Jakarta Memilih “The
Final Round” live di Metro TV)”. (Materi selengkapnya pada pertemuan minggu ke 3, Rabu, 30 Agustus 2017)
References :
Creswell, John.
2010. Research Design : Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
Approaches. London : SAGE Publication
Crotty,
M. 1998. The Foundation of Social Research: Meaning and Perspection in the
Research Process. Thousand Oaks, CA : SAGE Publications.
Denzin, Norman & Lincoln, Yvonna. 2009. Handbook of Qualitatif Research (Eds). London
: SAGE Publication
Hennink, Monique,
Hutter, Inge & Bailey, Ajay. 2011. Qualitative Research Methods.
London : SAGE Publication
Sunarto. (2014). ESENSI PENGALAMAN PROFESIONAL. Indonesia
Media Research Awards & Summit (IMRAS) (pp. 245-258). Jakarta Pusat:
Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat.
0 komentar:
Posting Komentar