Paradima penelitian meliputi tiga elemen, yakni epistemologi, ontologi,
dan metodologi. Masing-masing elemen mengajukan pertanyaan berbeda sebagaimana
yang telah diuraikan pada materi minggu kedua. Epistemologi mengajukan
pertanyaan “Bagaimana kita mengetahui dunia? Hubungan apa yang muncul antara
peneliti dengan yang diketahui?” Ontologi memunculkan pertanyaan-pertanyaan
dasar tentang hakikat realitas. Metodologi memfokuskan diri padacara kita
meraih pengetahuan tentang dunia. Setiap paradigma memiliki filosofi
epistemologi, ontologi, dan metodologi yang berbeda. Berikut ini kepercayaan
dasar yang dirumuskan Denzin & Lincoln (2009, hal. 135).
Perbedaan dalam berbagai
asumsi paradigma tidak dapat dipandang semata-mata perbedaan filosofi. Di sisi
lain, pandangan para ilmuwan sepakat bahwa baik secara implisit maupun
eksplisit, berbagai posisi paradigma penelitian ini menimbulkan konsekuensi dalam
pelaksanaan praktis penelitian, begitupun pada ranah interpretasi temuan
penelitian dan pilihan kebijakan. Denzin & Lincoln (2009, hal. 138-139)
serta Neuman (2011, hal. 119) sama-sama merumuskan posisi paradigma menjadi
lebih ringkas sebagaimana gambar di bawah ini. Uraian lebih jelas klik “POSISI
PARADIGMA DALAM MASALAH-MASALAH PRAKTIS PILIHAN”.
A. PARADIGMA DALAM PENELITIAN KOMUNIKASI PANDANGAN BAXTER
& BABBIE
Baxter & Babbie (2004, hal. 46-67) memiliki pendapat berbeda
khususnya dalam paradigma penelitian komunikasi. Mereka membagi empat paradigma
penelitian komunikasi atau yang selanjutnya digolongkan dalam ilmu sosial,
yakni paradigma positivis, paradigma sistem, paradigma interpretif, dan paradigm revisited (tinjauan paradigma).
Di sini saya akan mengulas paradigma sistem dan paradigm revisited. Lihat Tabel Posisi Paradigma
B. STRATEGI PENELITIAN DALAM PENDEKATAN KUALITATIF
Strategi penelitian (Denzin & Lincoln serta Creswell menggunakan
konsep tradisi penelitian, sementara Punch menyebutnya sebagai desain
penelitian, berbeda dengan Hennink, Hutter, dan Bailey yang menggunakan konsep fieldwork approached) mencakup kepakaran,
asumsi-asumsi, dan tindakan-tindakan yang digunakan seorang peneliti sebagai
bricoleur ketika bergerak dari paradigma dan desain penelitian menuju tahap
pengumpulan data empiris di lapangan. Strategi penelitian juga menempatkan
paradigma dalam realitas empiris dan implementasi metodologis tertentu,
misalnya, menjadikan sebuah kasus sebagai objek penelitian. Punch (1998, hal.
149-173) membaginya menjadi empat ide utama desain penelitian (strategi
penelitian), meliputi strategi, kerangka konseptual, pertanyaan siapa dana pa
yang akan dipelajari, dan ala tapa yang digunakan untuk mengumpulkan dan
menganalisa materi empiris (data). Studi kasus, contohnya, berlandaskan pada
wawancara, observasi, dan analisis data (Stake, n.d., dalam Denzin &
Lincoln, 2009, hal. 256). Lihat Variasi Penelitian Pendekatan Kualitatif
C. TINJAUAN
PUSTAKA: MERANCANG PENELITIAN TERDAHULU (STATE
OF THE ART)
Cooper
(1984), Marshall dan Rossman (2006) (dalam Creswell, 2010, hal. 40) menjabarkan
tinjauan pustaka memiliki beberapa tujuan, di antaranya : 1) menginformasikan
kepada pembaca hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan dengan penelitian
saat ini, 2)menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang ada, dan
3) mengisi celah-celah pada penelitian-penelitian sebelumnya. Dalam skripsi,
tinjauan pustaka memiliki sub judul penelitian, meliputi: 1) Penelitian
Terdahulu (State of the Art), 2)
Teori Utama, 3) Konsep-konsep Pendamping, 4) Kerangka Berfikir.
Pada tinjauan
pustaka, sub judul pertama yakni penelitian terdahulu yang bersumber pada
penelitian-penelitian yang telah selesai dilakukan dan tidak terbatas pada
skripsi, tesis maupun disertasi. Penelitian terdahulu yang dicantumkan dalam
tinjauan pustaka standarnya tiga sampai empat penelitian. Penentuan penelitian
terdahulu harus sesuai dengan kebutuhan penelitian yang sedang peneliti
lakukan. Adapun fungsi penelitian terdahulu yakni:
1. Membangun
pembenaran (justifikasi) atas penelitian yang Peneliti lakukan, yakni sesuatu
yang dilakukan karena belum ada yang menelitinya.
2. Membantu
memilih metodologi yang pantas dipilih. Apa yang dilakukan oleh peneliti
terdahulu dapat dijadikan sebagai alternatif metodologi yang akan peneliti
tempuh.
3. Menguji
kekuatan teori yang peneliti yakini saat ini dalam penelitiannya.
4. Membuat
atau mengajukan teori baru.
5. Memberikan
pandangan baru dan arahan dalam menyelesaikan penelitian yang sedang
dilaksanakan.
6. Memberikan
solusi akademis penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
7. “Pembeda”
penelitian dari peneliti saat ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
D. KERANGKA BERFIKIR
Kerangka
berfikir menghadirkan serangkaian model konseptual dari keseluruhan tinjauan
pustaka (literatur) yang menjadi pisau analisis pada sebuah penelitian.
Kerangka berfikir menggambarkan alur kerja analisis fenomena yang dibedah dan diidentifikasikan untuk
menjawab pertanyaan penelitian sehingga tujuan yang diasumsikan pada awal
penelitian dapat tercapai.